POTENSI ALAM DI DESA KELOR

10 Agustus 2023 12:48:54 WIB

Desa kelor merupakan salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Desa ini memiliki beberapa bagian wilayah yang terdiri dari 7 padukuhan yang masing-masing dipimpin oleh seorang dukuh. Padukuhan tersebut diantaranya adalah Padukuhan Sudimoro, Kelor, Mengger, Ngunut Lor, Ngunut Kidul, Slametan, dan Karangayu.

Sebagaimana yang terdapat pada sebagian besar wilayah di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, tanah yang terdapat di Desa Kelor merupakan tanah yang didominasi oleh batuan kapur (karst). Maka dari itu, tanah di daerah gunungkidul, dan juga Desa Kelor khususnya merupakan tanah yang memiliki porositas tinggi, mudah dilalui air, dan tidak terlalu subur. Oleh karena itu, tersebarluasnya tanaman jati yang tumbuh di daerah gunungkidul merupakan hal yang biasa. Selain itu, irigasi yang masih kurang merata pada sebagian wilayah pertanian di Desa Kelor menuntut masyarakat setempat memilih-milih dalam menanam tanaman yang terdapat di persawahan, sehingga beberapa tanaman di persawahan berbeda dari tanaman pertanian yang banyak dibudidayakan sebagian masyarakat di Indonesia.

Potensi-potensi SDA yang terdapat di Desa Kelor bukan hanya ditinjau dari segi geografisnya saja, tetapi dari segi-segi yang lain pula, seperti dari potensi budidaya yang sedang dikembangkan masyarakat, dan juga potensi yang didukung oleh pemerintah desa setempat. Beberapa potensi alam baik yang dikembangkan oleh penduduk setempat maupun yang terdapat secara alami di Desa Kelor diantaranya sebagai berikut:

  1. Pohon Jati

Pohon Jati merupakan potensi tanaman berkayu yang paling banyak terdapat di desa kelor. Berdasarkan informasi padukuhan setempat, diketahui bahwa sekitar 60% tanah di desa kelor ini yang berupa tegalan dan pekarangan banyak ditanami oleh pohon jati. Mengingat tanah di gunungkidul yang berkapur, maka pohon jati merupakan tanaman yang paling mudah tumbuh di tanah jenis ini. Selain itu, sebagian masyarakat menanam pohon jati sebagai tabungan hari tua untuk anak cucu, karena pohon jati yang dapat dipanen adalah yang berusia sekitar 35-40 tahun.

 

Gambar 1. Lahan Jati di Desa Kelor, Yogyakarta (Dokumentasi oleh KKN-PPM UGM 2023).

 

Distribusi pohon jati sebagian untuk dijual ke berbagai wilayah, seperti solo dan jepara, sebagian diolah sendiri di padukuhan setempat untuk bahan mebel, dan sebagian lagi dipakai pribadi untuk membangun rumah, kandang ayam, dan lain-lain. Melimpahnya pohon jati ini menjadikan potensi kayu jati menjadi potensi yang paling besar yang terdapat di Desa Kelor.

  1. Pohon Mahoni, Akasia, dan Bambu

Selain pohon jati, terdapat tanaman berkayu yang ditanam oleh masyarakat di Desa Kelor, seperti Akasia, Mahoni, dan Bambu. Meskipun ketiga tumbuhan ini memiliki kualitas kayu yang lebih rendah dari jati, tetapi umur panennya jauh lebih singkat dari pohon jati. Pohon Akasia dan Mahoni biasa ditanam di lahan khusus yang berisi tanaman berkayu yang lain, sedangkan bambu, biasa ditanam di pekarangan atau di halaman rumah oleh masyarakat. Meski banyak ditanam oleh masyarakat, tetapi perbandingan lahan yang ditanami jati dan lahan yang ditanami pohon mahoni, akasia, dan bambu masih jauh lebih sedikit. Sebagian besar penggunaan tanaman berkayu tersebut adalah dijual dan dibuat oleh UMKM lokal untuk menghasilkan mebel. Kayu bambu yang ditanam masyarakat juga digunakan untuk membuat alat musik khas Gunungkidul.

Gambar 2. Kesenian Thoklik khas Gunungkidul yang menggunakan bambu produksi sendiri sebagai bahan dasar pembuatan alat musiknya (Dokumentasi oleh KKN-PPM UGM 2023).

  1. Tumbuhan kelor

Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat dan bergizi tinggi. Meskipun sebagian besar tanah di Gunungkidul merupakan tanah berkapur, pemerintah Desa Kelor tetap memiliki ambisi untuk membudidayakan tanaman lain, salah satunya tanaman kelor. Pemerintah setempat telah berinisiatif untuk memberikan banyak bibit kelor di setiap padukuhan untuk ditanam oleh masyarakat demi menjunjung tinggi nama “Kelor” yang dijadikan nama desa setempat. Walaupun begitu, masih sedikit masyarakat yang kurang peduli terhadap ambisi pemerintah setempat dalam mengembangkan tanaman kelor. Alhasil, dari keseluruhan bibit yang diberikan, hanya sebagian kecil yang menanam. Salah satu masyarakat yang mengembangkan potensi tanaman kelor ini adalah Bu Agatha yang mengembangkan olahan yang menggunakan daun kelor sebagai pelengkapnya, seperti peyek daun kelor. Selain itu, masih ada olahan lain seperti teh kelor yang diproduksi oleh Bu Agatha dan tim, bakwan kelor yang dijual di OGK (Omah Godhong Kelor), dan dimsum lele dan kelor yang telah dipraktikkan oleh mahasiswa KKN-PPM UGM 2023. Diharapkan, kedepannya masyarakat bisa sadar akan manfaat tanaman kelor dan mencoba mengembangkan berbagai olahan yang memanfaatkan tanaman kelor ini.

Gambar 3. Olahan peyek dan daun kelor produksi Ibu Agatha dalam mengembangkan potensi tanaman kelor di Desa Kelor (Dokumentasi oleh KKN-PPM UGM 2023).

  1. Buah-buahan

Meskipun sebagian besar tanah di Gunungkidul ditanami jati, tetapi masih banyak masyarakat yang mencoba menanami buah-buahan untuk merintis tanaman buah di Desa Kelor. Salah satunya adalah Jambu Kristal yang berhasil dikembangkan oleh salah satu penduduk di Padukuhan Mengger, yaitu Pak Parjo. Ini memberikan bukti bahwa tanah di Desa Kelor sangat berpotensi untuk ditanami oleh buah-buahan berpohon. Ini adalah potensi yang belum banyak diketahui oleh sebagian masyarakat Desa Kelor, mengingat kebanyakan daerah di Desa Kelor memiliki tipe tanah berwarna merah dan berkapur. Namun, berdasarkan pengalaman Pak Parjo sendiri, bahwa buah-buahan sangat mungkin dikembangkan di Desa Kelor, selama perawatannya bagus.  Kunci dari keberhasilan Pak Parjo dalam menanam buah-buahan di Desa Kelor adalah irigasi yang harus baik. Semoga kedepannya tanah di Desa Kelor bisa ditanami oleh variasi buah-buahan yang lain.

Gambar 4. Kunjungan mahasiswa KKN-PPN UGM ke kebun jambu kristal milik Pak Parjo, di Padukuhan Mengger, Desa Kelor (Dokumentasi oleh KKN-PPM UGM 2023).

 

  1. Tanaman Hortikultura

Selain buah-buahan yang potensial untuk dibudidayakan di Desa Kelor, tanaman hortikultura merupakan tanaman yang juga potensial untuk dikembangkan oleh masyarakat di Desa Kelor. Menurut salah satu dukuh Desa Kelor, tanaman hortikultura merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan oleh masyarakat di Desa Kelor. Pak Agus, yang merupakan Dukuh Ngunutlor, adalah salah satu yang mengembangkan lahan setempat untuk ditanami tanaman hortikultura, yaitu bawang merah. Masyarakat lain juga turut mengembangkan persawahan untuk ditanami tanaman hortikultura, seperti timun, terong, dan cabai. Memang dibandingkan padukuhan lain, Padukuhan Ngunut Lor merupakan padukuhan yang paling banyak menanami lahan setempat untuk ditanami tanaman hortikultura. Keberhasilan panen tanaman hortikultura ini merupakan awal dari upaya masyarakat untuk mengembangkan tanaman hortikultura di Desa Kelor. Selain di Padukuhan Ngunut Lor, Padukuhan Slametan juga telah melaksanakan panen raya oleh kelompok tani Muda Mulya Tani, yang telah terlaksana pada 30 November 2017 silam. Ini merupakan bukti bahwa Tanaman Hortikultura kedepannya akan sangat potensial untuk dikembangkan di Desa Kelor.

 

Gambar 5. Hasil panen bawang merah oleh Pak Agus, di Padukuhan Ngunut Lor (Dokumentasi oleh KKN-PPM UGM 2023).

 

Itulah beberapa potensi Sumber Daya Alam yang terdapat di Desa Kelor. Semoga kedepannya, potensi-potensi ini menjadi semakin berkembang dengan adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat.  

 

 

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Fanspage Desa Kelor